IKUT UPACARA, SETELAH 15 TAHUN ABSEN
Berbeda dari tahun yang sebelumnya, Ada sesuatu yang berbeda pada diri saya tahun ini. Semenjak menerima sebuah e-mail dari Saudara Angga Putra Fidrian pada tanggal 16 Agustus 2016, Pukul 20.41 ada sesuatu yang mengetuk pintu hati saya. Meski 1001 tanda Tanya masih menyelimuti hati saya akan makna sebuah kemerdekaan yang telah disandang negeri ini sejak tahun 1945, tepatnya 71 tahun yang lalu. 17 Agustus adalah satu hari di mana perjuangan bangsa Indonesia mencapai salah satu titik krusial. Para Pejuang Kemerdekaan mengatakan pada dunia bahwa Indonesia telah merdeka. Indonesia memulai arah baru menuju bangsa yang mandiri, dengan upaya melunasi 4 janji kemerdekaan yang tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar 1945. Pada saat Yasser A. Amiruddin sekolah, pasti Yasser A. Amiruddin selalu melaksanakan upacara peringatan hari kemerdekaaan untuk mengingat para pejuang yang telah iuran kehadiran, darah dan sumber daya demi Indonesia merdeka. Oh, iya, Kapan terakhir Yasser A. Amiruddin melaksanakan upacara? Tertarikkah untuk melaksanakan upacara lagi? Setidaknya, 3 paragraf tersebut di atas yang terus saya baca berulang-ulang yang tentunya membutuhkan jawaban langsung dari saya. Meski, dalam waktu yang hampir bersamaan, dua berita yang tidak mengenakkan masih terus hadir ditengah-tengah perayaan Kemerdekaan RI-71. Kedua berita tersebut lahir dari Istana Merdeka, setelah Gloria Natapraja Hamel yang telah berlatih 5 bulan lamanya, gagal dikukuhkan sebagai Anggota Paskibraka karena dwikewarganegaraan. Hal yang sama menimpa Archandra Tahar, Menteri ESDM yang baru bertugas dua puluh hari. Keinginan untuk menjawab pertanyaan dari e-mail tersebut akan saya jawab dengan lantang. Namun, lagi-lagi memunculkan pertanyaan baru dari hati saya sendiri. Masihkah ada rasa bangga untuk negeri ini? Ketika anak bangsa, tak dihargai lagi. Berniat mengabdi untuk negeri. Namun, kesungguhan dan karirnya dipaksa berhenti. Anak negeri ini masih terpasung. Belum bebas dari segala bentuk penjajahan. Akan tetapi tiba-tiba, seperti ada suara terdengar, “Jangan melupakan pengorbanan pejuang” Jujur, terakhir saya mengikuti upacara hari kemerdekaan, tahun 2001 silam. Selama 15 tahun tidak pernah ikut upacara, meski setiap tahunnya saya dilibatkan sebagai panitia HUT RI di tingkat Kecamatan. Selama 15 tahun ini pula, saya cukup merayakan peringatan hari kemerdekaan RI dengan kegiatan yang menjadi tugas saya dalam kepanitiaan. Namun, untuk mengikuti upacara, saya tidak pernah karena selama itu, masih terus ada dalam pikiran bahwa pada hakekatnya Indonesia masih terjajah. Pemasungan anak negeri masih terjadi, sehingga hak-hak kemerdekaan belum diperoleh dengan baik. Kata demi kata, kalimat demi kalimat dari e-mail Saudara Angga Putra Fidrian terus saya baca berulang-ulang. Hingga akhirnya, pikiran saya tertuju pada sebuah lembaga yang saya dirikan. Lembaga yang kemudian saya beri nama “Civil Society Community”. Masyarakat Madani (Civil Society) merupakan masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani dan memaknai kehidupannya. Itu juga, tentunya, adalah cita-cita saya sehingga lembaga ini didirikan. Hati kecil saya berkata, “bagaimana mungkin harapan saya melalui lembaga tersebut bisa tercapai, jika tidak berubah”. Saat itu, dengan lantang saya menjawab dari pertanyaan Saudara Angga Putra Fidrian, untuk ikut upacara, esok pagi. 15 tahun tidak ikut upacara, membuat kaki ini terasa kaku masuk lapangan upacara. Namun, dengan sebuah tekad, mencoba untuk kembali memberanikan diri bergabung dengan peserta upacara yang lainnya. Dan akhirnya bisa menikmai suasana yang terjadi pada saat itu. Ada 2 (dua) hal yang menarik perhatian saya. Pertama saat prosesi pengibaran Bendera Merah Putih. Camat Maniangpajo, Drs. Andi Arief, MH. yang bertindak sebagai inspektur upacara sebelum menyerahkan Bendera Merah Putih, sempat menciumnya beberapa detik lalu menyerahkannya kepada Paskibra yang bertugas saat itu.Yang menyita perhatian saya selanjutnya, adalah sepasang burung bangau hitam atau bangau tongtong terbang tepat di atas Lapangan Sepak Bola Andi Alinuddin Anabanua, tempat berlangsungnya upacara. Sepasang burung tersebut mulai awal sampai selesai upacara selalu terbang meliuk-liuk, seperti menikmati dan menyaksikan upacara HUT RI-71 dari atas awan. Hati kecil saya kembali berkata. “Sebuah kesyukuran saya dapat, dengan memeroleh e-mail dari Saudara Angga Putra Fidrian. Andaikan tidak ada e-mail tersebut, mungkin saya belum ikut upacara tahun ini. Padahal, burung bangau pun ikut merayakan kemerdekaan RI” Keikut sertaan saya mengikuti Upacara HUT RI-71 tahun ini, menjadi pelengkap dari kegiatan-kegiatan yang diikuti untuk memeriahkan perayaan HUT RI-71. Diantaranya, mengikuti turnamen bola voli yang kemudian keluar sebagai juara II. Puteri sulung saya, juga telah berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan HUT RI-71 kali ini. Diusianya yang baru beranjak 5 tahun, telah berpartisipasi pada kegiatan lomba Fashion Show dan Karnaval di Tingkat Kecamatan, serta lomba menggambar di Tingkat Kabupaten. Kepada anak negeri. Sekarang waktunya membangkitkan semangat patriotisme. Singsingkan lengan bajumu. Jangan biarkan bangsamu direndahkan oleh bangsa lain. Tunjukkan kepada semuanya bahwa “Indonesia Bisa”. Cukup hanya saya yang menyesal lima belas tahun tidak pernah ikut upacara, meski turut meramaikan perayaan setiap tahunnya.
*** |
Event >