Event‎ > ‎

Menulis

KENAPA KITA HARUS MENULIS

 

Ilmu pengetahuan dan keahlian yang dimiliki sekarang, tidak akan memberikan manfaat jangka panjang  jika tidak diabadikan  dengan tulisan. Ilmu tidak akan bermanfaat secara maksimal kepada lebih banyak orang tanpa tulisan. Kehebatan tidak akan berarti apa-apa karena orang akan lupa. Namun, kalau ada tulisan yang diwariskan maka akan tetap ada di dunia ini, walaupun telah dipanggil oleh-Nya.

Demikian, makna yang dikandung oleh ungkapan Sayidinna Ali r.a., Sahabat Nabi Muhammad SAW, “Sejarah dan Ilmu Pengetahuan tidak akan pernah damai pada generasi berikutnya tanpa ada tulisan. Ikatlah ilmu dengan tulisan.”

Sejalan dengan itu, Pramudya Ananta Toer berkata “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Dengan tulisan, kita sudah melakukan dua hal sekaligus. Memberikan manfaat kepada banyak orang saat ini dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Tentu saja menjadi amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir walaupun kita telah meninggal. Percayalah, tulisan menjadi warisan terbaik yang diberikan manusia kepada manusia lainnya. Tulisan tak akan lekang  oleh waktu.

Saya kemudian teringat tahun 2003 yang lalu. Saat itu, saya terhentak setelah membaca sebuah artikel yang menuliskan pertanyaan dari John F. Kennedy “Apa yang sudah Anda berikan kepada bangsa ini?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, terus teringat hingga akhirnya, saya memutuskan dan meniatkan dalam hati sejak itu, untuk terus menambah koleksi buku, minimal 2 (dua) buah buku dalam satu bulan. Untuk apa buku-buku itu? Saya beranggapan bahwa, dengan banyak  membaca, akan mendapatkan inspirasi dalam berbuat untuk bangsa ini.

Berbagai genre buku menjadi koleksi untuk perpustakaan pribadi. Bahkan, terkadang saya dianggap gila karena tidur bersama buku-buku. Bahkan, sedikit demi sedikit, pakaian yang terlipat dalam lemaripun harus tergeser oleh buku. Setidaknya ini berlangsung hingga tahun 2009, disaat pemikiran juga sudah mulai berubah.

Perkembangan internet, sempat mengubah pemikiran saya. Jika sebelumnya dalam satu bulan harus menambah koleksi buku minimal  2 (dua) buah, kali ini, saya padukan dengan buku digital yang bisa di download gratis lewat internet. Bagaimana nasib buku-buku yang sudah dikoleksi?, sebagian diantaranya dihibahkan kepada yang lebih membutuhkan, meski perpustakaan pribadi juga  tetap mengoleksi buku-buku terbaru.

Keyakinan saya untuk mengoleksi buku, berbuah hasil. Tahun 2005, berawal dengan mencoba-coba menulis sebuah opini yang kemudian dikirim ke salah satu media cetak di Kabupaten Wajo. Ternyata, tulisan tersebut dianggap layak dan dimuat di media cetak tersebut. Sejak itu, saya kemudian aktif mengirimkan tulisan-tulisan saya ke beberapa media cetak, dan hampir semuanya naik cetak di rubrik opini.

Ditahun yang sama, sebuah buku juga sempat tercipta, meski tidak diterbitkan melalui penerbit. Hingga akhirnya dapat tawaran menyusun modul pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi untuk digunakan di SMA Negeri 1 Maniangpajo dan modul pembelajaran komputer untuk digunakan di SDN 202 Anabanua. Lagi-lagi kedua modul tersebut diselesaikan dengan baik, meski tidak diterbitkan melalui penerbit.

Rasa haru disaat tulisan-tulisan tersebut bisa diterima dengan baik oleh pembaca. Beberapa puisi yang tercipta, juga sempat muncul dimedia cetak, bahkan beberapa kali mendapat juara pada berbagai lomba cipta puisi, maupun lomba baca puisi.. Hal tersebut, menggugah hati saya, sehingga pada tahun 2008, dua buah web blog tercipta, meski sempat fakum.

Fakum dari dunia menulis, sempat terjadi pada diri saya. Setidaknya itu terjadi diawal tahun 2009. Bukan karena jenuh. Akan tetapi, karena pada saat itu, diangkat sebagai abdi Negara melalui penerimaan CPNSD dan ditempatkan pada daerah yang jauh dari  tempat tinggal saya. “Bagaimana mungkin saya menulis lagi, sedangkan waktuku sangat terbatas” pikirku saat itu.

Untung buku pertama yang saya buat “the Power of Love” tahun 2005 bisa mengubah segalanya. Jujur, buku tersebut saya susun untuk seseorang yang saya yakini kala itu, akan mendampingi hidup saya di masa yang akan datang. Keyakinan saya berbuah manis, tepat 1 Desember 2009, buku tersebut akhirnya melahirkan buku nikah setelah melalui proses sakral ijab qabul. “Utarimai Allaibinengenna Andi Titin, Ana’ Makkunrainna Andi Sabbu. Sompana 88 Rial, Tunai Nasaba Puang Allahu Taala”  (Akad nikah dalam bahasa bugis – Saya terima nikah dan kawinnya Andi Titin Binti Andi Sabbu, dengan mahar 88 Rial, tunai karena Allah SWT). Heheheheee ………..

Sang Istri kemudian memberikan motivasi dan semangat untuk kembali terjun kedunia menulis. “Jangan jadikan menulis sebagai beban tapi jadikan sebagai tantangan”. Bisiknya pada suatu waktu menjelang hari miladku.

Tepat di hari miladku, Blog yang sudah lama tidak dikelola kemudian saya aktifkan kembali. Beberapa file yang masih tersisa di Hardisk Eksternal, saya coba untuk satukan kembali. Ternyata benar. Jika kita menganggap menulis adalah tantangan, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan terus menerus merasa bergairah dalam menulis. Menulis adalah tantangan terbesar yang harus dimenangkan dalam kehidupan ini.

Menulis sebenarnya pekerjaaan yang sangat menyenangkan, apalagi jika dilakukan dengan sepenuh hati. Alhamdulillah, dari dorongan Istri, sejak tahun 2013 sudah menerbitkan 3 (tiga) buku yang ber-ISBN, yaitu:

1.     Profil Pramuka SMA Negeri 1 Maniangpajo “Cemara Scout Community Berkarya dan Berprestasi, dalam Menghadapi Tantangan Global”

2.     Penegak Bantara di Depan Mata

3.     Sekolahku, Sekolah Kampungan tapi Berprestasi

Sebenarnya, masih ada beberapa naskah yang siap terbit pada tahun 2016 ini. Namun, sebagai Aparatur Sipil Negara, harus menyiasati waktu untuk  menerbitkan buku. 3 (Tiga) buku sebelumnya, sudah menjadi  andil bagi saya untuk menambah kredit dalam proses kenaikan pangkat. Sehingga buku yang akan saya terbitkan kemudian, juga harus saya siasati agar bisa menambah kredit untuk kenaikan pangkat  periode selanjutnya.

Selain itu, virus literasi utamanya dunia menulis, kemudian saya coba tularkan ke generasi muda. Melalui lembaga Civil Society Community yang saya dirikan, saya pancing generasi muda untuk terus menulis, setidaknya dari hasil tulisannya bisa diterbitkan meskipun pada penerbitan indie.

Dengan demikian, bagi saya menulis itu penting dengan berbagai manfaat diantaranya:

1.     Memperoleh passive income

2.     Sebagai media untuk kenaikan pangkat/jabatan

3.     Promosi diri sendiri dan institusi tempat bekerja

4.     Mendapatkan kebanggaan yang tak ternilai

5.     Berbagi ide/pemikiran

6.     Mencegah serta menghilangkan stress

7.     Meningkatkan kualitas diri (memacu diri untuk lebih kreatif)

8.     Mewariskan ilmu bagi peradaban mendatang

9.     Mengisi waktu luang

10.  Sebagai media untuk berbagi, memotivasi dan menginspirasi.

Pada hakikatnya, apapun tujuan kita menulis, sepanjang dilakukan dengan tujuan yang  baik, Insya Allah akan menghasilkan kebaikan. Dimana pun kita berada, apapun atribut yang  kita sandang tidak perlu dipermasalahkan, yang penting kita menulis sesuatu secara maksimal dengan sesuai apa yang menjadi kesukaan kita sambil terus menerus belajar dan memperbaiki kualitas tulisan kita sepanjang waktu.

Banyak buku yang telah merubah wajah dunia lahir dari penulis-penulis yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat dalam menulis. Bukankah Mas Tendi Murti dalam group Whatshap KMO Club 07 (23 Agustus 2016) telah mencontohkan beberapa buku yang berpengaruh dan menggeser sebuah peradaban di dunia, diantaranya:

1.     Carles Darwin lewat The Origin of Species yang berhasil membunuh  banyak kulit hitam karena teori evolusinya

2.     Ibnu Sina lewat Canon of Medicine yang hingga sekarang masih menjadi pegangan kedokteran dunia

3.     Andrea Hirata lewat Laskar Pelangi yang telah merubah semangat belajar yang memble

Hingga akhirnya, cuplikan Hadits berikut ini, mudah-mudahan bisa menjadi bahan renungan kita untuk tetap  menulis, “Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (H. R. Bukhari)

 

 

 

Comments